SMOKE FREE

Rabu, 08 Februari 2017

HARI GINI MASIH RIBA?

At Taman Langsat
Kemarin saya janjian gowes santai sama salah satu kenalan di forum sepeda. Gowesnya sih gak seberapa, cuma 35 km, gak lebih dari 3 jam. Hingga jelang dzuhur, waktu justru lebih banyak dipakai untuk ngobrol di Taman Langsat, makan kue pancong di Jl. Sulaiman, ngopi di kios handphone kepunyaan beliau, dan makan siang tak jauh dari rumahnya. 

Nyaris gak berkeringat, apalagi ngos-ngosan. Bahkan jumlah kalori yang terbuang sepertinya kalah sama kalori yang masuk. 

Tapi Insyaa Allah semoga bukan tanpa hikmah. 

Baru bertemu, sudah banyak pelajaran selama gowes dan ngobrol dengan beliau. Tentang banyak hal. Mulainya tentu dari obrolan sepeda, hingga akhirnya justru saya lebih banyak mendengar cerita tentang hidayah dari beliau. 

Salah satunya, bagaimana tahun 2008 lalu beliau bisa hijrah dari pekerjaan yang telah ditekuninya selama 12 tahun. Pekerjaan, yang beliau yakini mengandung riba. Satu dosa yang Allah dan Rasulullah permaklumkan perang bahkan di dunia. 

Kegelisahan akan dosa riba, membuat beliau akhirnya memutuskan keluar dan lalu memutuskan untuk berdagang. Mulai mencoba jualan sate, hingga kini kemudian beliau menyewa 1 kios untuk berjualan pulsa dan reparasi handphone. 

Dari sekian panjang ceritanya, ada kalimat dari beliau yang terus terngiang-ngiang. 

"Pokoknya kita jangan pernah menghalalkan yang haram. Kalau kita masih belum bisa melepaskan diri dari hal yang haram itu, ikhtiar, cari ilmunya, datangi kajian, tapi jangan pernah menghalalkan yang haram. Jangan membuat atau mencari pembenaran. Hati kita tau kok sebetulnya mana yang haram, mana yang halal. Sekali saja kita menghalalkan yang haram, itu artinya kita sendiri yang menutup pintu taubat, kita tutup pintu hidayah". 

Kini 8 tahun sudah beliau terlepas dari riba. 

Tadinya beliau  sudah punya rumah kecil (menurutnya) di Depok. Begitu resign, jual rumah di Depok, bikin rumah kecil juga, tak jauh dari rumah orang tuanya di daerah Tanjung Duren belakang Mall Taman Anggrek. Sekarang, hikmahnya katanya selain jadi tinggal makin dekat sama orang tua (dan mertua), malah punya kost-kostan juga di daerah situ. 😊

Jangan tanya soal perjuangan di awal, ujar beliau. Duit memang berkurang awalnya, tapi tidak dengan rejeki. Rugi mah harus selalu siap katanya, tapi harus yakin.....selama niat karena Allah, rejeki Allah yang jamin. 

Barakallah, om. Semoga istiqamah. Gowesnya, dan paling utama.....hijrahnya. 😊