Rabu, 25 November 2009
BASAH TENGKULAK
sedikit memang tergenang
walau terkadang banjir
tapi lelaki yang kemarin
kutemui di sebuah persimpangan
punya cerita berbeda
gabahnya justru hangus
bukan lembab dan tersapu
banjir
hitam legam nyaris terbuang
bersama mimpi
membayar pinjaman tengkulak
hangus dan nyaris terbuang
oleh puluhan lentera penjaga mimpi yang berbalik
menghujam
jakarta, duapuluhlima kesebelas di duaribusembilan, 14.25
ditulis oleh Bayu Adhiwarsono, atau
di publish di Blog ini dengan seijin penulis aslinya
Sabtu, 21 November 2009
MAKNAI SESUKA JEMARIMU
entah berapa tak terhitungnya huruf yang
kuukir dengan pena atau
kuketuk di barisan papankunci
membentuk kata berarti atau tidak
melantun sesekali bermakna dan lebih sering tanpanya
entah berapa tak terhitungnya angan yang
coba kutumpahkan diantara sadar dan lelap
dalam jeda penuh linglung
walau akhirnya tak pernah berujung puas
sementara jemari mungilmu
menari tanpa beban
melangkah tanpa pikir
huruf demi huruf tanpa kata
nyaris tak peduli ke kanan atau kiri dia berpihak
membaris tak berarti tapi penuh makna yang
kau ciptakan sendiri dan
aku tenggelam menikmati lantunannya
teruslah,
biar anganmu bebas seperti kau mau
ciptakan kata mu sendiri
ukir arti dan makna mu saja
untukk ku
tenggelam
jakarta, duapuluhsatu kesebelas di duaribusembilan
* kelak, biar dunia tahu betapa keajaiban mampu kau ciptakan dengan jemarimu, nak !
ditulis oleh Bayu Adhiwarsono, atau
di publish di Blog ini dengan seijin penulis aslinya
Selasa, 03 November 2009
MATI LAMPU
baru kali ini aku tak merindu dengus nafasmu di balik rembulan
tak ada lagi seteguk kopi yang kusisakan untukmu malam ini
dan cerita jelang lelap yang biasa kunyanyikan untukmu
kini rasanya lebih baik kusimpan rapat-rapat
di saku celanaku
gelap...
jejak lelah dua hari lalu masih membiru di mimpiku
menyiksa. merampas semua ruang yang sejatinya
kusimpan bagi secuil rinduku padamu
kuharap kau maklum mengapa
aku memilih tak merindumu
gelap...
janganlah terlalu lama kau menyepi di persimpangan
itu. tak tahuah kau aku tengah
menanti. sesuatu yang hilang dari
dekapku malam lalu
jakarta, tiga kesebelas di duaribusembilan, 00.50
ditulis oleh Bayu Adhiwarsono,
atau di publish di Blog ini dengan seijin penulis aslinya
Sabtu, 17 Oktober 2009
RUMUS
bahkan seingatkku yang cuma sejengkal,
nilai mata pelajaran eksak ku
terpampang dengan indahnnya
berwarna merah,
menghadirkan amarah
pun dengan kata-kata
kubiarkan menari tanpa rumus
bebas menukik
sesuka hati terbang kembali
dan sesekali menyepi di pucuk rembulan
biar mereka memaki
mencumbu semaunya
atau menampar dan meludahi
karena kata-kataku memang tak pernah lihai
berurusan dengan rumus
jakarta, tujuhbelas kesepuluh di duaribusembilan, 03.02
ditulis oleh Bayu Adhiwarsono, atau di publish di Blog ini dengan seijin penulis aslinya
Jumat, 18 September 2009
SIRENS' SONG
mahar cintaku ketika langit menyentuh bumi
rayuan di sela mimpi bukan juga mau ku
untukmu kala rindu membuncah memecah senyap pagi
tapi nihil adalah di ujung bibir
tak seperti jemariku yang bebas menari
biar
titian benang-benang surga di cintamu
jadi irama tarian jemariku
menembus kabut tanya
menyeruak tabir
seperti nyanyian Sirens yang memabukkan
dan aku akan memilih menjadi Odyssey yang menyerah
jakarta, tujuhbelas kesembilan di duaribusembilan, 14.18
Bayu Adhiwarsono ©
Kamis, 17 September 2009
AKU MERINDU
wangi tubuhmu yang melekat di bahuku
hangat birmu yang membius
dengus nafasmu yang memabukkan
tatapmu yang lenyapkan gundah
dan tentu
putih betismu yang temani langkahku
aku merindu duhai perempuan
bukan hanya untuk jadi mimpiku
tanpa menyisakan jejak
aku merindu duhai perempuan
untuk esok
yang belum kujamah
jakarta, tujuhbelas kesembilan di duaribusembilan, 03.00
Bayu Adhiwarsono ©
Rabu, 02 September 2009
HARAM
berharap mimpi yang baru sambil menghujat
pukul depan tendang belakang lalu kembali
merayap
jejak-jejak menertawakan langkah
mimpi yang terlambat ujarnya
kemiskinan jadi seni baru yang ditabukan
dan mimpi busuk jadi suatu titah
disabdakan lars-lars penguasa
yang tak pernah sekalipun terbangun
beri kami sepenggal mimpimu duhai penguasa
biar kami merasakan mimpi indahmu yang
membuatmu tak ingin terbangun
jakarta, dua kesembilan di duaribusembilan, 01.40
Bayu Adhiwarsono ©
BERHENTI BERLARI DAN MULAI MELANGKAH
itu bisiknya di tengah malamnya gelap
antara sepi pun dia masih berbisik
ini antara kau dan aku
bukan untuk mereka
apalagi dia
teriaknya di antara guyuran yang menghujan
kenangan pun tak sekeras ini menghujam
telingaku
sudahlah,
kini kan kutunggu kau
datang dengan segenggam kini
karena aku akan berhenti berlari
dan mulai melangkah
jakarta, dua kesembilan di duaribusembilan, 00.29
Bayu Adhiwarsono ©
UNE MÉMOIRE
tak biasanya aku sedikit melambat dan menegur.
ah...
entah keputusan benar atau tidak
tapi yang pasti, persimpangan itu tak mungkin sesuram dulu lagi
pelita yang dulu pernah kupecahkan, ternyata kini menyala terang
ada yang menyulut sumbu itu kembali
hari ini aku mencoba melupakan persimpangan itu
toh aku memang hendak pergi,
bukan kembali
tapi ternyata dia ada lagi,
di persimpangan yang lain
mungkin bukan dengan rasa yang dulu
bukan tatap yang dulu
apalagi rindu yang dulu
duh...dulu !
jakarta, satu kesembilan di duaribusembilan, 22.40
Bayu Adhiwarsono ©
Sabtu, 29 Agustus 2009
L'HISTOIRE D'UNE MEMOIRE
aku teriak "PERGI !"
sambil memanggilmu dengan rindu
aku teriak "CUKUP !"
lalu kuselipkan sesal di saku amarahmu
jangan lemparkan tanya dan ragu soal
mengapa aku membentang kenangan tentangmu
kau tahu betul pastinya mimpi itu
mimpi tentangmu delapan tahun terakhir
walau malam pun kau tak pernah menitipkan tanya pada
malam
satu hal yang mungkin bisa ku pastikan
aku tak pernah memesan kenangan tentangmu
juga meminta rindu wangi cinta yang dulu untukku itu
aku tak pernah mau DULU
lalu salah siapa jika
DULU itu KAU dan
KINI adalah DIA dan sedikit tentangmu
jakarta, duasembilan kedelapan di duaribusembilan, 00.21
*photo: taken from "300".
Bayu Adhiwarsono ©
Jumat, 28 Agustus 2009
PEREMPUAN ITU BERNAMA ADA
yang seharusnya sudah pergi sejak
kenangan melangkah marah dan
muntah di depan pintu
atas nama kesadaran
bahkan di mimpi pun
dia masih begitu dulu
dengan wangi masih seperti itu
persis seperti ketika aku masih
sering tersirap di rindunya dulu
menyelinap……
mengelitik……
lalu menanam bibit keabadian semu
atas nama cinta
perempuan itu bernama kenangan
berhiaskan betis mu yang mengkilap
jemari-jemari yang melenakan
kecupan yang menyayat
dan semua yang di dirimu
tidakkah kau baca surat cintaku delapan tahun silam ?
coba kau lihat di bantal merah mudanya marah kita
atau di balik lipatan sesal yang dulu kita berjanji tak ada
pastikan itu surat cintaku
yang kulukis
atas nama kenangan
tidakkah kau kira aku tak tahu bahwa kau
dulu bukan sekarang
sudahlah
aku mau kini
aku mau dicinta dan dirindu tanpa hingga
bukan disimpan di laci bertajuk PERNAH
jakarta, duapuluhdelapan ke delapan di duaribusembilan, 11.25
Bayu Adhiwarsono ©
Jumat, 07 Agustus 2009
TANPA KATA
kucoba tak mendengar umpatannya.
tapi marahnya tetap kubaca,
dengan sengaja.
sementara aku
tetap tak ingin berkata-kata.
aku sedang ingin membisu dan mengikat jemari hingga tak menari.
tanpa kumau, wangi tubuhnya begitu dekat di sampingku.
coba kupaku punggungku ke sisi lain lalu berharap membeku.
sayangnya, hidungku tak mau kutipu.
dihirupnya bau malaikat itu hingga membiru dan larut.
aku muak pada malam
bukan
justru bukan karena aku kehilangan kata
tapi terlalu penuh
untuk kali ini saja
segan rasanya untuk
memaki
menangis
memaki lagi
menangis lagi
memaki menangis
lagi dan lagi
untuk kali ini saja
ingin aku hirup muakku sendiri
bisakah ...
jakarta, tujuh kedelapan di duaribusembilan, 02.52
Bayu Adhiwarsono ©
Selasa, 04 Agustus 2009
V FOR NIGHTMARE
bukan untukmu kekasih
aku tak ingin tanpamu aku lemah
tapi segenap peluhku habis sudah
menahan dia yang menghantui sepekan terakhir ini
aku ingin rubuh terlelap sejenak ataupun lama
lalu terbangun lagi
untukmu kekasih
biar aku tak kuat tapi setidaknya aku terbangun
dengan senyum
jakarta, empat kedelapan di duaribusembilan, 23.20
Bayu Adhiwarsono ©
Rabu, 15 Juli 2009
HATI-HATI KAMU !
kekuasaan dengan gagah disangkutkan di bahu kanannya
mengimbangi lengan kirinya yang menenteng arogansi kosong
tapi dia bukan berseragam loreng nan menakutkan
hanya dasi yang menjadi penanda statusnya,
setidaknya itu yang dia kira
tangannya menunjuk
matanya memerintah
sementara kakinya menjejak kuat di pagar-pagar tirani
yang seingatku dia butuh bahuku kala menaiki pagar tinggi itu
"hati-hati kamu !"
buzz itu berbunyi di instant messenger ku
tapi sepertinya bukan peringatan tanda kasih yang kubaca
tanda-tanda tirani lebih tepat
tanda-tanda kekuasaan lebih terasa
dan dia mungkin saja sadar atau tidak ditengah mabuknya
mabuk karena kekuasaan
"kamu tak punya hak bicara
karena kamu bukan siapa-siapa!"
instant messenger ku kembali bergoyang
memangnya aku bicara apa ?
membakar.....mungkin
menghasut....bisa jadi
mencaci....nyaris pasti
tapi aku tak pernah bicara apa-apa
karena jangankan bicara,
mendengar suara sepatu lars mu pun
yang bersuara rapat-rapat nyaris tanpa jeda
membuat aku cukup tahu, KAMI tak punya hak !
KAMI hanya punya hati,
sesuatu yang sejak lama lupa kau kantongi di saku belakang celanamu !
jakarta, limabelas ketujuh diduaribusembilan, 19.14
Bayu Adhiwarsono ©
AKU INGIN MENARI
semungkin arti citaku melayang
tapi aku lagi malas berlari malam ini
menari pun tampaknya bukan untukku
jemariku mungkin lebih memilih terlelap
seperti kalian di separuh malam yang lain
jakarta, limabelas ketujuh diduaribusembilan, 02.05
Bayu Adhiwarsono ©
Selasa, 14 Juli 2009
TERBANG
temanku pernah bilang jangan terbang terlalu tinggi. bukan terbangnya yang ia kuatirkan. jatuh lah yang ia takutkan. tapi aku tak pernah ingin mendengarnya. karena aku tetap ingin terbang setinggi yang kumau dan kubisa.
aku tak takut jatuh.
aku takut tak bisa terbang.
jakarta, empatbelas ketujuh diduaribusembilan, 19.50
Bayu Adhiwarsono ©
Jumat, 10 Juli 2009
10.07
aku kehilangan kata-kata
disaat seharusnya mereka meluncur dengan mesra
menghanyutkan semua rasa
membuai segenap cinta dan kerinduan
sekepal keberanian ternyata tak cukup
untuk
membingkai kata-kata yang ingin kusampaikan
padamu
biarlah semua nafasku
jadi puisi cinta untukmu
sebelum lalu diam abadiku
gantikannya nanti
jakarta, sepuluh ketujuh di duaribusembilan, 01.06
Bayu Adhiwarsono ©
Kamis, 09 Juli 2009
AKU INGIN PULANG
malam kembali mulai larut. dan ini saatnya aku kembali bercinta denganmu. mengucapkan berjuta rayu lewat ketukan jari jemari. sambil kubakar sebatang rokok. kuingin asapnya mengantarkan rinduku jauh ke langit malam. kuberharap di tengah perjalanannya akan menemukan dirimu.
mataku memang aku akui sudah mulai meredup di malam sedini ini. bukan karena sisa bercinta yang pasti. karena kemarin tampaknya malam lebih memilih mendung. dia bilang padaku lebih bergairah walau tak lebih menggigit. aku tahu itu.
ahh....
tapi aku ingin pulang. aku sudah jenuh dengan malam.
aku ingin pulang ke pelukmu. karena malam tak pernah memelukku. dia hanya mengajakku bercumbu. dari mendung ke mendung. dari senja hingga jelang pagi. tanpa koma hingga titik.
aku ingin pulang dan menangis di cintamu saja untuk beberapa lama. setidaknya hingga kau membunuhku lagi.
jakarta, sembilan ketujuh di duaribusembilan, 23.23
Bayu Adhiwarsono ©
DAMAI DI LEHER JENJANGMU
sisa tangis siang tadi mungkin memang meninggalkan jejak sembab di indah matamu. bekas amarahmu mungkin masih memerah di leher jenjangmu yang setengahnya tertutup dua lembar selimut. caci maki yang sempat kumuntahkan sepertinya masih membuatmu terisak. tapi entah mengapa aku yakin kau pasti masih bisa terlelap dalam damai. damai. yang membuatku cemburu.
malam ini mungkin kau masih ingin membunuhku dalam cintamu. tak apa sayangku. tak apa jika itu memang bisa membuatmu damai. damai dalam lelap. lelap yang tak membuatku secemburu pada damaimu.
bakar kenangan tentangku. bakar hanya untuk malam ini saja. aku lebih memilih disiksa cemburu. cemburu akan damai. damai ketika kau lelap. lelap ketika dua lembar selimut menutupi hingga leher jenjangmu. leher jenjangmu yang tak kugeluti malam-malam ini.
jakarta, sembilan ketujuh diduaribu sembilan, 01.32
Bayu Adhiwarsono ©
Rabu, 08 Juli 2009
KAU ADALAH CUKUP
muntahkan semua makimu
maki semua muntahmu
tak usah dengarkan aku
pun jeda sejenak saja
lalu....
bakar semua cinta kita
hancurkan mimpi di malamku
jangan berhenti kini
tidak saat kau jauh
seperti biasa
masih ada yang tersisa di dompetmu kah ?
bukan foto ku itu aku yakin
senyumnya tak ada walau tersurat
rasanya yang dulu menggenap
kini tinggal ganjil tak cukup walau untuk sekedar mengganjal
tangis dan marahmu
kau bisikkan cintamu dengan guratan urat di lehermu
kau kecup keningku tapi tanganmu melambai menampar
lenganmu merangkulku sementara kakimu menendang
cintaku
"kau hidup matiku"
itu yang kau tulis di surat cintamu tahun lalu
tapi sungguh aku tak mengerti
mengapa kau memilih membunuhku
perlahan dan terus
aku tak ingin cintamu seperti sebatang rokok yang kini kuhisap
perlahan menguap jadi asap dan hilang
namun habis kala kuhisap sedikit cepat
aku tak ingin rembulan yang lain
aku tak mau bintang yang lain
kau adalah cukup bagiku
lebih adalah yang tak kuinginkan seperti kurang walau sedikit
aku tahu hanya malam yang bisa setia kucumbu
jadilah malam bila memang kau mau
tolong
jangan jadi pagi untukku
karena pagi datang hanya sesaat
menipu terik yang akan datang
mengganggu lelap
dan mengantar kabar segala yang buruk untukku
seperti keringat
seperti darah mungkin
atau bahkan seperti tulang belulang kenangan yang sudah kubakar
habis
sejak enam tahun lalu
kau adalah cukup bagiku
tak bisakah aku jadi cukup jua untukmu ?
jakarta, delapan ketujuh di duaribusembilan, 22.37
Bayu Adhiwarsono ©
Selasa, 07 Juli 2009
JALAN BUNTU
jemari sudah lelah menanti kata yang tak juga terucap
padahal malam seperti biasa setia menungguku di tikungan kemarin
namun lelap belum juga mampir,
mungkin nanti
seperti cinta yang hadir mulai siang hingga petang
Bayu Adhiwarsono ©
I NEED A GLASS OF WINE
"show me the way back to your heart...", satu bait lagi kali ini dihantarkan Bryan McKnight. padahal aku tak sedang ingin menyanyikan lagu itu setidaknya tidak malam ini..
"i don't wanna wait in vain for your love...", Bob Marley ikut menyumbang langgam. padahal aku tak sedang menunggu siapapun rasanya.
malam ini sepertinya itunes lagi ingin bercanda. dia nyanyikan lagu yang tak ingin kudengar. dia hantarkan lirik-lirik yang tak ingin kusenandungkan. dan dengan seenaknya skip semua lagu yang kutunggu.
tiba-tiba kini terdengar Anggun bersenandung, "still remind me of you...". ini baru laguku malam ini, setidaknya untuk penggalan lirik yang itu saja. apalagi kalau bukan malam yang mengingatkanku padamu. damainya mirip sekali damai tidurmu. heningnya seperti ketika kau bermimpi. dan tawa gemintang, mengingatkanku pada bahagia yang kau hadirkan untukku.
tahukah kau arti dirimu untukku....
jakarta, tujuh ketujuh di duaribusembilan, 02.35
Bayu Adhiwarsono ©
Rabu, 01 Juli 2009
CARAMEL MACCHIATO
buih-buih yang tercipta,
kala membeku pun bergolak
aroma tubuhnya yang khas,
membelai dahaga yang menanti
lima tahun lalu aku mulai jatuh cinta padanya
sejak saat itu pula,
mabuk aku dibuatnya
padahal, tak mungkin ada alkohol di tubuhnya
yang cair, melenakan, namun membuatku terjaga
si mbah wiki bilang,
ada duabelas langkah penciptaan dirinya
namun aku tak punya alasan sebegitu banyaknya,
untuk membuatku jatuh cinta padanya
lima tahun lalu aku mulai jatuh cinta padanya
setiap cumbuan tak lantas membuatku tertidur puas
setiap kecupan dengannya tak pernah terlupakan
karena selama lima tahun pula,
orgasme bersamanya tak pernah terasa menjemukan
jakarta, satu ketujuh diduaribusembilan, 19.28
Bayu Adhiwarsono ©
Jumat, 26 Juni 2009
LILIN
karena aku tahu kau bisa menemukan mentarimu sendiri........
Kamis, 25 Juni 2009
YANG BERBARING TELANJANG
kubiarkan diriku berbaring telanjang
tersapu mentari gersang mengering
angin membelai duka menguap tak berjejak
satu satu nafas tersisa tinggal luka
dan dia, tergelak tertawa basi hampa
kubiarkan ragaku berbaring telanjang
menatap hentakan masa kiri kanan belakang depan bawah atas
titik hujan yang terlepas dari genggaman mega
basahi bukan benam dahaga rindu ku
dan kalian, terkekeh mencibir sepi ku seperti yang lalu
kubiarkan ragaku berbaring telanjang
api mimpi malam itu menjilat segumpal hitam di dadaku
hitam yang kemarin dulu masih merah semburat asa
lalu asa ingkari janjinya, janjinya sendiri
dan mereka, menangisi aku berhasrat satu satu
kubiarkan ragaku berbaring telanjang
diselimuti gelitik ilalang menusuk kasih hina ku
menanti jingga senja yang berjanji mencumbuku
walau cinta habis di senja sejak tengah hari
dan kita, bukan aku kau dia mereka kalian !
kita hanya aku,
yang berbaring telanjang
jakarta, tigapuluh keempat di duaributiga, 15.41
Rabu, 24 Juni 2009
NAMAKU KEPALSUAN
Namun kau hadir , tersenyum, dan jadi mentari baruku menawarkan cinta.
Lalu kau berbisik di telingaku, "maukah mengarungi samudera kasih berperahukan rindu berlayarkan keabadian berdayungkan cita menuju mata angin kebahagiaan, berdua saja".
"Mau...mau...", aku melonjak-lonjak girang
Namun kau merajuk, "kita tak bisa mengarungi samudera tanpa pelabuhan tempat perahu kita berangkat, buatlah satu saja", ujarmu
Kubilang, "tidak kah kau lihat pesisir pantai di tepian sana, kita bangun satu mulai sekarang"
Namun kau merajuk lagi, sembari mencumbuku, menggauliku, dan mengusik birahiku, "aku tunggu disini sayang, kau buatlah sendir"i, nyanyimu
Ah...bibirmu itu,
matamu itu,
kecupanmu itu
lenakan ku
Dan ku pun tersihir seperti yang kumau
"Tunggulah satu masa berganti disini, kan kupersembahkan semesta untukmu"
Tok...tok...tok...gubrak...gubrak...gubrak...selesai juga, pelabuhan, perahu, layar, dan dayung itu untuk kita
"Sayang, ayo kita berlayar malam ini", teriakku
Kulihat kau tak menyahut, hanya tertawa riang dan berlari menghampiriku
Di sisiku kau terdiam sejenak, "perahu itu terlalu kecil untuk kita, kau disini saja dulu menghitung mentari tenggelam, membilang belahan ombak, ku kan berlayar sendiri saja", manjamu
Dan kau menghilang tanpa kembali, tanpa selamat tinggal, hanya berbisik, "O ya, namaku Kepalsuan, namamu siapa ?".
Selasa, 23 Juni 2009
MALAM
mungkin karena dia sering gosok gigi
mungkin juga dia terlalu sering mandi
atau bisa jadi karena dia sering terbangun di tempat baru
cuma dia yang tahu
aku
lebih memilih setiap saat adalah malam
karena malam selalu mau berdusta untukku
dia sembunyikan kelabu dibalik gelapnya
dia simpan ramai di balik saku celananya
bahkan,
malam tak pernah meminta lebih dariku
aku boleh mendustainya kapan saja
aku bisa mencumbunya kapan aku mau
dan aku tak harus merasa bersalah meninggalkannya dalam lelap
hanya malam selalu setia menemani jemariku menari
jakarta, duapuluhtiga keenam di diaribusembilan
GAJAH
dia langsung protes sambil senyum, "eeehhh.....diem NDUT.......GAJAH !!!"
langsung aku balas, "Hiyoshi SEMUT dong ! kurus gitu !!!"
dia kemudian balas memeluk sambil bilang, "Iya Hiyoshi SEMUT,............eh....gak deh ! Hiyoshi GAJAH ajah, biar jadi anak Abi !!!"
mungkin terdengar sepele, cuma ejekan berbalas ejekan, antara kami yang selalu dirajam rindu.
tapi mata ini ingin menangis haru. ternyata, anakku memang ingin jadi anakku, bukan jadi orang lain, apapun bentuknya.
I LOVE YOU, MY SON !!!!
Senin, 22 Juni 2009
10.7.04
dua hati rasa dan diri
dua cita asa dan mimpi
dua langkah jalan dan titi
mulai titik ini
bersama mencari arti
cinta yang terucap
kasih yang tercurah
dan rindu yang terukir
dua yang berawal dari tiada,
kini bersama dan berdua
bukan jadi satu yang tanpa beda
bandung, sepuluh ketujuh di duaribuempat
:saya terima nikahnya Alsi Nur'Khalisah binti DR. Nanang Rizali M.Sc. dengan mas kawin perhiasan mas seberat 11 gram dibayar tunai !:
JADI APA ? JADI APA !
itu salah satu alasan mengapa dari dulu sebetulnya aku lebih suka menulis. ya, menulis untuk apa saja. memaki, menangis, menggerutu, atau hanya sekedar merenung.
tapi, mungkin bagiku tak selamanya mulut yang menjadi harimauku. terlalu sering menulis untuk diri sendiri, aku seakan kehilangan taring di mulutku. justru jemariku yang sering menjadi harimauku, walau sungguh aku tak mau jadi harimau. tidak untuk kau, kawan.
aku ingin jadi matahari untuk kau. menerangi langkahmu, sehingga kau tak terjatuh. namun pergi jauh dari hidupmu, ketika kau butuh terlelap.
terkadang aku ingin jadi bulan. menemani malammu yang sepi, atau hanya menemani lelapmu, lalu mengantarmu pergi di pagi hari untuk bertemu matahari.
tapi mungkin asyik juga, kalau suatu saat aku bisa jadi awan bagimu. ketika kau marah dan gundah, aku bisa kemudian menyejukkan mu dengan hujan.
untukmu aku selalu termenung dan bingung, pastinya ! karena aku tak tahu kau ingin aku jadi apa.
Minggu, 21 Juni 2009
NGOPI DULU
Cuma ada dua yang dulu memenuhi daily planner kita, jadwal kerja dan jadwal main bersama keluarga. Kini, di semua list, selalu ada jadwal tambahan yang selalu menyelinap tanpa ragu. Yaitu "NOTIFICATIONS".
Siapa yang harus disalahkan ketika kita lebih memilih berlama-lama duduk di sudut-sudut cafe, sambil tenggelam di dunia maya, sementara istri kita juga berenang di dunia maya lainnya, dan anak-anak kita lebih memilih bermain dengan para waitress yang jauh lebih ramah dari orang tuanya sendiri ?
02.04
Untuk terlelap,hmmm...aku belum juga tahu, kemarin tampaknya pak pos lupa antarkan kantuk untukku malam ini. Tapi seperti kubilang, jangan kuatir. Kalau soal kapan aku akan terbangun, hmmm...........itu sudah hampir pasti mudah diterka ! Pastinya menjelang terik ! Ya, pasti jelang terik ! Karena tampaknya setiap aku terbangun, matahari pasti sudah lebih dulu tinggalkan ku. "Ingin bermain lebih lama dengan sang awan", begitu yang selalu dia tuliskan di secarik linglung yang ia selipkan di selimutku.
Hmmmm,
aku ingin menari lagi di atas jariku malam ini !
MAAF
jika aku tak pernah ingin mengunjungi pusaramu
Bukan pula aku tak rindukan mu
bila aku tak pernah kirimkan bait-bait doa untukmu
Sungguh, bukan aku tak mengingatmu
kala aku tak pernah menyebut namamu dalam kenangan
Tapi luka yang kau pahat di hatinya
mengukir luka jua di hidupku
Dan tangis yang kau tinggalkan untuknya
menguras sisa umurku
Masih ingat kah kau,
semua luka
segenap duka
sejumput siksa
yang kau sertakan di lelap abadinya ?
Jadi jangan salahkan aku,
bila kau tak pernah ada di memori ku
kecuali setetes darahmu
Sabtu, 20 Juni 2009
ZZZZZZZ.......
kecuali kau
malam ini semua terlelap,
kecuali kau
malam ini semua bermimpi,
kecuali kau
ini saatnya kita berkencan
bercumbu sampai peluh
diantara bintang dan rembulan
hingga jenuh
jakarta, duapuluh keenam di duaribusembilan
Minggu, 19 April 2009
GOBLOK !!!!!!!!!!!
Buktinya, masih banyak orang yang dengan gobloknya, gak tau cara bawa kendaraan dengan benar !
- Zebra Cross itu buat orang nyebrang ! Bukan buat berenti pas lampu merah ! GOBLOK !
- Marka jalan itu dibikin biar setiap kendaraan punya jalur sendiri ! Bukan buat nunggu lampu hijau, dan bikin yang mau belok langsung ke kiri ikutan berenti ! GOBLOK !
- Knalpot berisik itu bikin sakit telinga ! Ini jalan raya, bung, bukan sirkuit ! GOBLOK !
- Mau belok, nyalain dulu lampu sein, atau kasih tanda ! Bukan nunggu diklaksonin baru terkaget-kaget dan sadar di belakang atau sampingnya ada orang lain ! GOBLOK !
- Mau pelan, stay di lajur kiri, bukan manteng di tengah-tengah ngehalangin orang ! Lu kira jalan nenek moyang lu ! GOBLOK !
- Jalur cepat dan/atau jalur cepat, itu dibikin bukan buat motor ! GOBLOK !
- Naik motor, pake helm ! Emang nyawa lu ada berapa sih ! GOBLOK !
- Lampu merah berarti berenti, bukan curi-curi untuk terus nyelonong ! GOBLOK BANGET !
- Lampu kuning berarti hati-hati, kalau perlu perlambat laju kendaraan, bukan malah tancap gas ! GOBLOK !
- Jalan jelek, palan-pelan dong, bukan lalu klakson-klakson dan main serobot ! GOBLOK !
- Nyalain lampu apa ruginya sih buat motor ! Bukan karena gelap, tapi biar orang makin sadar akan kehadiran kita ! GOBLOK !
- Rambu jalan dibikin buat dipatuhi, bukan nunggu aparat gak ada terus main terobos ! GOBLOK !
- Lampu rem itu warna merah, bukan putih ! ASLI GOBLOK BANGET LU !!!!!!
Buat orang-orang goblok ! Lu itu diciptakan dengan otak di kepala ! BUKAN DI DENGKUL, KAN ?????????
Minggu, 01 Maret 2009
Papua....oh...Papua 1
Seorang sahabat, Riza, mengirimkan sms itu ketika saya mengabari rencana saya meliput pertandingan Persipura Jayapura vs Persema Malang pertengahan bulan Februari lalu.
Sementara teman saya yang lain, dah mewanti-wanti untuk siap-siap merasakan perjalanan yang membosankan selama 6-8 jam dari Jakarta menuju Jayapura.
Dan setelah sempat tertunda, akhirnya saya jadi juga pergi ke salah satu daerah yang orang bilang punya pemandangan terindah (setidaknya) se-Indonesia ini.
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan penerbangan Lion Air, pukul 22.30 WIB, langit Jakarta mengiringi kepergian saya dengan cuaca yang cukup cerah. Sekitar pukul 03.00 WITA, pesawat transit di Makassar, selama kurang lebih 30 menit.
"Duh, perjalanan masih panjang....", batin saya.
Setelah kembali terbang menggunakan pesawat yang lain dari Makassar, saya pu akhirnya bisa tertidur di pesawat, dan baru terbangun ketika pramugari mengumumkan rencana pendaratan pesawat yang tinggal 20 menit lagi di Bandara Sentani, Jayapura.
Saya lihat jam ditangan sudah menunjukkan 06.00 WIB (sengaja saya tak pernah merubah zona waktu di jam tangan, untuk mengingatkan dari mana saya datang dan kemana saya akan pulang). Berarti sudah pukul 08.00 WIT. Saya pun membuka tutup jendela pesawat di sebelah kiri.
"Luar biasa!". Itu yang pertama kali terlintas dalam pikiran, begitu melihat keindahan tanah Papua dari atas. Dan ternyata keterpanaan saya belum berhenti sampai disitu. Ketika pesawat hendak mendarat, saya masih tercengang melihat gunung yang tinggi menjulang dengan indahnya, berada hanya beberapa kilometer dari badan kiri pesawat !!!! Baru kali ini saya menemukan Bandara yang bersebelahan dengan gunung.
Begitu roda belakang pesawat menyentuh landasan, saya kembali terkaget-kaget, karena pilot tamaknya langsung melakukan pengereman.........habis-habisan, kalo bisa saya bilang. Bahkan badan saya sampai terdorong kedepan dan bergeser beberapa centimeter di kursi yang masih mengenakan sabuk pengaman. "Alangkah pendeknya landasan ini".
to be continued.....