SMOKE FREE

Sabtu, 09 Agustus 2003

INI BUKAN PUISI

:Amih tersayang, disisiterbaik Allah SWT.
maaf, cucumu ini belum sempat membahagiakanmu.


sebelas warsa kulalui tanpa
tulus kecupmu di kening ku
teduh tatapmu di hari-hari ku
hamparan doamu di langkah ku
hangat pelukmu di serpihan duka ku

namun,

kau pasti tahu ku tak berdusta,
saat kubilang ada namamu deru nafasku
kala kusebut namamu dalam asaku
bila kubangun cintaku atas namamu

namun,

mengapa mereka sia-siakan
rindu yang kugenggam seperti kepastian
fajar di bibir mentari,
bintang di ujung jemari rembulan,
pagi di serambi malam,
petang di balik tabir siang

duhai ibunda dari perempuan yang menyusuiku,

ingin ku lari menuju bentangan tanganmu
memuntahkan duka ke pangkuan
basahi dadamu dengan isak
dan berbisik,

andai dapat kuseberangi jembatan,
yang terbentang sejak sebelas warsa lalu
sekedar mendengar jawabmu

jakarta, sembilan kedelapan di duaributiga, 03.26




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

YANG KEDUA

berpalinglah padaku walau sesaat !
diantara cintamu padanya dan
keabadian yang kutawarkan untukmu
dibalik kecupmu untuknya dan
ketulusan yang kuselimuti di dukamu
disela senyummu karenanya dan
embun yang kuteteskan di gundahmu

aku ada
walau selalu menjadi bukan yang pertama

jakarta, sembilan kedelapan di duaributiga, 02.35





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

DONGENG DARI SEBERANG SELAT SUNDA

aku bermimpi lagi,
padahal aku belum tertidur

apakah karena tawamu di ujung sana ?

yang terpisahkan
empatbelasribuempatratus detik kemudian
setelah lalui tiga jalan bebas hambatan

apakah karena bisikmu di tepi telingaku ?

yang kali pertama kudengar
dari balik topengmu di sebelah barat bumi pertiwi
setelah namamu kau tuliskan tak lebih seminggu lalu

aku bermimpi lagi,

dan kali ini aku tak ingin terbangun lagi
jika tak disisimu

jakarta, sembilan kedelapan diduaributiga, 02.20





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Kamis, 07 Agustus 2003

9 AGUSTUS 1978

esok lusa kan kubiarkan
burung bernyanyi di pagi ku sendiri
sekedar mengingatkan
pernah satu waktu
senyumku lukis dompetmu

kala itu
tabir malam seakan menertawai
kita berbagi kasih
dan mimpikan jelang tenggelamnya mentari
bersama

esok lusa kan kunyalakan
lilin untukmu
sambil teriakkan rinduku sendiri
demi namamu
duhai pelangi di sasih kedelapan ku

jakarta, tujuh kedelapan di duaributiga, 04.10





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

DETAK RINDU

satu warsa sudah kutinggalkan jejak
langkah yang dulu kuukir di kotamu
dimana setiap sudut kita warnai dengan cinta
pernah termimpikan bersama
untuk masa hingga tak berakhir

dan kini aku disini masih
menghirup harum ujung rambutmu
sentuh lentik jemarimu awali hari

tidakkah kau ingat ribuan lembayung senja
yang iringi cumbu rayumu di daun telingaku
bisikkan satu kata
selamanya

dan kini aku disini masih
warnai sampul buku yang lain
dengan cahaya namamu

tidakkah kau biarkan mimpimu terhiasi kecupku
yang hantarkan lelapmu dulu
dalam damai penuh
ketulusan

dan memang
kini aku disini masih

jakarta, tujuh kedelapan diduaributiga, 04.00





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Rabu, 06 Agustus 2003

SENANDUNG NEGERIKU

kudengar rintihan maut di layar televisi kamarku,
kalian bilang itu cuma teror

kulihat darah menghiasi jeda waktu antar berita,
kalian bilang itu cuma anarki

kucium bau pembantaian di balik meja dan ranjangku
kalian bilang itu cuma bangkai saudaraku

dan saat aku menangis,
kalian hanya tertawa

dan kala aku berteriak marah,
kalian panggil aku pengecut

lalu kalian bisikkan di telingaku,
“ini masih berlanjut, anakku!”

jakarta, enam kedelapan di duaributiga, 03.00





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

TIDAKKAH KAU LIHAT AKU MENANTI

katakan padaku dimana langitmu,
dan esok akan kau lihat bintangku disana
kulukis walau tanpa warna
hanya kilau untuk terbentangkan
menghias malam kita

bisikkan padaku dimana jalan setapak menuju tetirahmu,
dan petang nanti niscaya akan kupagari
agar langkahku tak jauh menghilang
hingga saat kau terbangun
dari mimpi dukamu sendiri

jangan lagi biarkan awan menghapus amarah,
bila memang tak guna aku mencintaimu
usah lagi kecup rindumu jalari sepi,
jika kau masih terus mengejar kereta citamu
meninggalkan semua yang terpalsukan di balik selimut asa

panggang saja rasa ku

jakarta, enam kedelapan di duaributiga, 02.50




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Selasa, 05 Agustus 2003

SEBAIT SAJA UNTUKMU

:N.A., tujuhwarsakaukucumbu

kutuliskan puisi ini atas namamu,
pertanda rindu tak tertahankan lagi,
untuk kumuntahkan di pangkuanmu,

wahai bidadari kecilku,
yang terbang bersama kabut sasih kesepuluh dua warsa lalu

duhai lembayung fajarku,
yang silaunya sirami gundahku mulai sasih kesepuluh sembilan warsa lalu

jakarta, lima kedelapan di duaributiga, 04.12




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

WAKTU ITU

pernah aku,
bernyanyi sumbang
menangis sedu sedan
berteriak lantang
bersamamu hanguskan mentari

ingat aku,
dilumat kecup
dibelenggu peluk
diselimuti jemari
bersamamu merobek rembulan

dulu aku,
ingin dirindu
mimpi dicinta

hanya bersamamu,
merenggut duka
memupuk tawa

jakarta, lima kedelapan di duaributiga, 03.22





Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*

Sabtu, 02 Agustus 2003

PAGI JELANG

embun pagi ini selimuti dedaun,
seperti kemarin pernah singgah
jemarinya masih menggerayangi dingin sang mimpi,
namun bisikannya sudah pula usik sisa lelap semalam
walau jenuh kan jelang silau mentari
lagi

tak bisakah kita kembali
pada gelap lalu,
mencumbu nyanyian gundah
di tepi fajar

tak bisakah aku dan kau saja
tanpa mereka,
membilang dosa di saku celana mu
menyusun makian di rak buku ku

jakarta, dua kedelapan di duaributiga, 01.50




Bayu Adhiwarsono ©
*Tulisan ini di-publish oleh Bayu Adhiwarsono,
dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta*